Sebagai pusat aktivitas di Provinsi Sulawesi Selatan, kepadatan kendaraan adalah salah satu persoalan yang dihadapi oleh Kota Makassar. Masyarakat yang lebih suka menggunakan kendaraan pribadi untuk bekerja dan beraktivitas sehari-hari mengakibatkan pertumbuhan kendaraan yang sangat signifikan setiap tahun tidak dapat dihindari. Kehidupan perkotaan pun menjadi semakin tidak nyaman. Pasalnya, pertumbuhan kendaraan yang tidak diiringi dengan pertumbuhan jalan menghantarkan Kota Makassar pada kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas.
Kemacetan Sebagai Ancaman Serius Terhadap Manusia Perkotaan
Melihat kondisi sekarang ini, Makassar semakin hari semakin macet. Adanya kemacetan ini menjadi salah satu indikator bahwa kota ini akan menuju kota metropolitan. Kemacetan seakan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi masyarakat di kota besar. Padahal tanpa disadari, polusi maupun waktu tempuh yang terus bertambah, dapat memberikan berbagai dampak terhadap tubuh kita. Berikut ini penjelasannya.
1. Gangguan Berupa Stres Akibat Kemacetan
Ketika seseorang terjebak dalam kemacetan, hal pertama yang dirasakan umumnya adalah berkaitan dengan psikologis, seperti rasa marah atau kesal. Berdasarkan sebuah penelitian, saat seseorang terjebak dalam kemacetan, maka sifat agresif orang akan meningkat. Selain itu, kemacetan bahkan dalam jarak pendek sekalipun, juga dapat memicu timbulnya stres. Sementara itu, waktu berkendara yang panjang akan menimbulkan dampak pada kesehatan fisik.
2. Sakit Punggung dan Nyeri Kaki
Kemacetan tidak pelak membuat waktu tempuh menjadi lebih lama dari yang seharusnya. Hal ini, selain memberikan pengaruh psikologis maupun pada kesehatan fisik pengemudi dan pengguna kendaraan lainnya. Salah satu keluhan yang paling banyak muncul dari para pengemudi yang harus menempuh waktu perjalanan lebih panjang, adalah sakit di area punggung. Selain itu, nyeri di area kaki juga kerap dikeluhkan muncul sebagai dampak dari kemacetan terhadap kesehatan.
3. Penyakit Pernapasan
Dampak kemacetan yang merugikan bagi kesehatan juga ditimbulkan oleh polusi yang dihasilkan kendaraan bermotor. Salah satu polutan berbahaya yang berasal dari asap kendaraan bermotor, bahkan hingga dapat menyebabkan kematian. Angka kematian karena polusi terutama disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. Polutan tersebut juga dapat menjadi penyebab beberapa penyakit lain, terutama yang berhubungan dengan pernapasan, seperti asma.
Lebih Banyak Motor Daripada Kepala
Pertumbuhan kendaraan bermotor di Kota Makassar sangat pesat dan tidak terkontrol. Ketergantungan masyarakat di Kota Makassar terhadap kendaraan bermotor bahkan sampai pada tahap kendaraan bermotor memiliki jumlah yang lebih banyak daripada jumlah masyarakat di Kota Makassar itu sendiri.
Masa Depan Kota Makassar dan Asap Kenalpotnya
Dalam lima tahun terakhir, jumlah penduduk di Kota Makassar menurun dari 1.488.717 jiwa pada tahun 2017 menjadi 1.427.619 pada tahun 2021. Artinya terdapat penurunan sebesar 4,1%.
Di saat jumlah penduduk di Kota Makassar mengalami penurunan, jumlah kepemilikan kendaraan pribadi justru terus mengalami peningkatan yang pesat. Sejak tahun 2017-2021, rata-rata kenaikan kepemilikan kendaraan pribadi bermotor mencapai 19,04%. Artinya terdapat peningkatan sebesar 12,9% sejak tahun 2017-2021.
Sama seperti lima tahun tersebut, pada tahun-tahun berikutnya jumlah kepemilikan kendaraan pribadi akan terus meningkat melebihi jumlah populasi di Kota Makassar. Tanpa adanya penanganan yang tepat, hal ini akan membahayakan kehidupan perkotaan yang semakin penuh sesak dengan motor.
Letak Masalahnya
Permasalahan pembangunan di Kota Makassar terjadi karena beberapa hal diantaranya, terbatasnya ketersediaan infrastruktur perkotaan.
1.Keterbatasan Wewenang Pembangunan Infrastruktur
Ketersediaan infrastruktur perkotaan di Kota Makassar masih mengalami sejumlah keterbatasan, karena rendahnya jumlah jalan yang berkualitas baik. Hal ini disebabkan karena jumlah jalan yang memiliki fasilitas penunjang seperti trotoar dan saluran drainase masih rendah yaitu hanya sebesar 40,28%. BAPPEDA juga menjelaskan bahwa dalam lima tahun terakhir ini tidak terjadi penambahan jalan baru, sehingga total keseluruhan jalan yang di bawah kewenangan Pemerintah Kota Makassar hanya berjumlah 1.593,46 km. Selain itu, banyak ditemukan fasilitas pejalan kaki dialih fungsikan menjadi lokasi berjualan oleh pedagang kaki lima.
2.Ketidakseriusan Membangun Sistem Transportasi Publik Terpadu
dapun permasalahan lain yang menjadi salah satu alasan terbatasnya ketersediaan infrastruktur perkotaan adalah belum tersedianya sistem transportasi massal yang efektif. Moda transportasi massal yang beroperasi di Kota Makassar saat ini hanyalah Bus Rapid Transit (BRT) Mamminasata yang berada di bawah kendali Pemprov Sulawesi Selatan dan PT. Damri. Hal ini bisa dikatakan sangat belum efektif karena pemerintahan kota Makassar masih belum memiliki unit kerja yang secara khusus menangani persoalan transportasi publik di wilayah Kota Makassar
3.Terbatasnya Akses Ketersediaan Air Minum
Selain permasalahan jalan dan transportasi publik, ketersediaan air minum yang sesuai dengan standar masih menjadi permasalahan bagi kota yang terus bertumbuh. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar, pada tahun 2020 jumlah penduduk yang memiliki akses terhadap air minum yang terlindung adalah sebesar 1.074.339 jiwa dari jumlah keseluruhan 1.484.912 penduduk, atau 72,35%. Hal ini bisa kita lihat dari ¼ penduduk banyak yang masih belum memiliki akses terhadap air bersih.
4.Stagnansi Strategi Dalam Pengelolaan Sampah
Menurunnya kemampuan fasilitas pengolahan persampahan juga menjadi permasalahan pembangunan yang terkait dengan terbatasnya ketersediaan infrastruktur perkotaan. Tidak adanya strategi serius dalam menangani pengolahan sampah yang lebih baik. Jumlah timbulan sampah yang tertangani semakin hari semakin menurun dalam beberapa tahun terakhir, yaitu dari 92.02% pada tahun 2018, menjadi 67,36% pada tahun 2020. Adapun jumlah sampah yang dikurangi melalui kegiatan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) terus menurun, dari 958,87 ton pada tahun 2018, menjadi 579,16 ton pada tahun 2020 hal ini disebabkan juga oleh adanya pembangunan Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) yang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) di wilayah Kota Makassar juga belum berjalan.
Untuk tercapainya kehidupan perkotaan yang nyaman maka diperlukan restorasi ruang kota. Restorasi ruang kota dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas infrastruktur kota serta pembangunan infrastruktur baru.
Pemerintah Kota Makassar perlu menyediakan jaringan jalan dalam kondisi baik yang didukung perlengkapan jalan sehingga sistem intermoda transportasi yang terpadu dapat dikembangkan. Transportasi yang dapat dikembangkan adalah transportasi berbasis bis dan rel dalam kota yang dapat melayani seluruh wilayah kota.
Apabila terdapat transportasi bis dan kereta api sebagai angkutan umum dengan ongkos yang murah dan tepat waktu maka masyarakat tidak perlu merogoh duit yang banyak untuk bepergian, tidak perlu terjebak kecametan, dan tidak perlu khawatir terlambat sampai tujuan. Dengan demikian, maka masyarakat tidak akan terlalu bergantung kepada kendaraan pribadi bermotor lagi karena terdapat angkutan umum yang lebih efisien.
"Jadi sebenarnya narasi yang paling efektif itu seharusnya kita manusia sadar bahwa kepedulian lingkungan itu artinya samadengan menyelamatkan diri kita sendiri, kita ini sebagai manusia sangat rentan terhadap perubahan alamiah yang ada di muka bumi. Karena kalau mau dibandingkan Umur manusia yang hanya secuil jika dibandingkan usia bumi seharusnya bisa menyadarkan kita kalo bumi tak perlu diselamatkan namun manusia dan kehidupannya di dalamnya yang memerlukan pertolongan. Jika eksploitasi atas nama kesejahteraan manusia dapat kita lakukan dengan mudah maka seharusnya mudah pula bagi kita melakukan perbaikan di muka bumi demi keselamatan kita semua." jelas Rewo, Koordinator FISS.
Comments
Post a Comment